Profil

Kamis, 02 Februari 2012

SINYAL DAN FREKUENSI


Jika kita akan mendengarkan sebuah radio, hal pertama yang harus kita pastikan adalah apakah pesawat radio yang kita punyai mampu menangkap sinyal yang dikirimkan dari pemancar yang dipunyai oleh para stasiun radio, hal berikutnya yang akan kita lakukan adalah kita akan mencari stasiun radio yang mempunyai siaran/program yang kita sukai atau yang perlu untuk kita dengarkan.

Betapa akan kesalnya kita, jika seandainya kita tidak bisa menemukan frekuensi stasiun radio yang mampu memenuhi kebutuhan kita pada saat itu, entah sekedar hiburan atau untuk mendapatkan sesuatu informasi yang berguna bagi kita.  Lebih parah lagi jika pesawat radio kita, tidak mampu menangkap seluruh sinyal dari seluruh stasiun radio manapun alias pesawat radio kita dalam kondisi rusak. Betapa kita akan menjadi kesepian karena tidak ada hiburan atau dalam posisi no information karena kita tidak jadi mendapat informasi yang mungkin sangat kita butuhkan pada waktu itu.

                Saya merasa diri kita tak ubahnya seperti pesawat radio, yang harus selalu mampu untuk menangkap sinyal untuk bisa tetap berguna, dan mempunyai standar frekuensi tertentu yang telah ditentukan sehingga mampu untuk berkomunikasi tidak hanya dengan sesama tetapi juga dengan Sang Pencipta. Ketidakmampuan kita untuk menghadirkan sinyal dan kemampuan berada pada frekuensi tertentu akan membuat kita seolah akan kehilangan petunjuk. Padahal di dalam diri manusia itu sendiri sudah terdapat alat untuk menghadirkan sinyal tersebut yang berupa akal dan hati. Yang apabila kita mampu menggunakannya dalam bentuk akal yang sehat dan hati yang bersih, niscaya sinyal dalam diri kita akan menjadi kuat sehingga membuat kita mampu berada pada frekuensi yang sejalan dengan frekuensi yang disenangi oleh-NYA.

Hal tersebut bisa dianalogikan seperti ketika kita berbicara dengan sesama manusia, kita tentu akan mencari seseorang yang nyambung dengan kita yang pada akhirnya kita bisa nyaman ketika berbicara dengannya. Sehingga dalam berbicara kita tidak perlu panjang lebar berkata-kata, tidak perlu menggunakan otot, untuk menerjemahkan maksud ataupun keinginan kita, bahkan pada level tertentu cukup menggunakan bahasa tubuh atau mungkin bahasa hati untuk mengkomunikasikan pemikiran, kemauan atau keinginan kita. Sungguh sangat nyaman bila kita berada pada kondisi itu. Tenaga dan pikiran kita hemat. Dan apa yang akan kita tuju akan lebih cepat tercapai. Padahal mungkin seseorang tersebut bisa jadi jauh lebih pandai dan berkelas dengan kita atau mungkin jauh lebih bodoh dan urakan daripada kita, namun karena sefrekuensi apapun jadi bisa nyambung.

Nah, barangkali ketika kita akan ”berbicara” dengan-NYA juga begitu. Kita mesti sesuai dengan apa yang Beliau maui. Apa yang membuat Beliau tidak berkenan janganlah kita dekat-dekati dan semestinya apa yang membuat Beliau senang, ya semestinya banyak-banyak kita dekati. Sehingga -dalam tingkatan tertentu- kita cukup mbatin saja apa yang ingin kita ungkapkan sudah dapat jawabannya dari-NYA.

Sungguh akan terasa nyaman kiranya jika kita mampu dalam keadaan seperti tersebut diatas, dada kita akan terasa lapang, pikiran kita akan terasa segar, langkah kita akan terasa ringan dan mungkin hajat kita akan terpenuhi. Lalu pertanyaan buat diri kita –wa bil khusus- saya sendiri kapan saya berada pada maqam seperti itu??? Wallahu a’lam. Namun yang pasti alat dan media sudah disediakan oleh-NYA, tinggal kita sendiri mau tidak menggunakannya.
                                                                                                                               
                                                                                    Disempurnakan di
                                                                                                                                Jakarta, 2 Februari  2012

3 komentar:

  1. Luar Biasa...super sekali benar-benar mencerahkan..ini ni,..ini ni..tulisan yang sudah selayaknya masuk jurnal BPPK dan pennulisnya menurut saya juga sudah layak untuk naik podium KC...emejinggg...

    BalasHapus
  2. wah mbak monalisa ini bisa aja.. saya jadi malu nih.. tengsin bo... hihhii..

    BalasHapus
  3. ahh..mas ijul ini bisa aj...btw anyway busway mas ijul masih jomblo yak???hiihhihi

    BalasHapus